PEMUDA ISLAM

WAHAI PARA PEMUDA ISLAM BERGABUNGLAH BERSAMA BARISAN PEJUANG PENEGAK SYARIAH DAN KHILAFAH ISLAM

Minggu, 01 Mei 2011

Metro TV: HTI Gerakan Massa yang Mengedepankan Kecendikiawanan

Jakarta. Meski memiliki ideologi yang bersebrangan, Redaksi Stasiun Televisi Metro TV mengaku bahwa Hizbut Tahrir Indonesia merupakan stakeholder di tengah masyarakat yang penting untuk diberi ruang dalam tayangan Metro TV karena merupakan gerakan massa yang dapat mengedepankan kecendikiawanan.

“Pimred Metro TV Erman Saragih langsung menyuruh saya untuk menerima, ketika HTI ingin bersilaturahim dengan redaksi!” ujar Sekretaris Metro TV Edi Hidayat, saat menerima kunjungan delegasi DPP Hizbut Tahrir Indonesia yang dipimpin Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto, Kamis (28/4) pagi di Kantor Redaksi Metro TV, Jakarta Barat.
Padahal, lanjutnya, ormas-ormas lain yang melayangkan surat untuk bertemu belum mendapatkan jawaban dari redaksi Metro TV.  “Karena HTI kami anggap penting!” jawab Edi.
“Penting bagaimana?” tanya Ismail. Edi pun menjelaskan bahwa persoalan televisi adalah persoalan show. Dalam menyampaikan gagasan, HTI mengedepankan debat kecendikiawanan. Tidak pakai teori “pokoknya begini”, tetapi HTI mengajak orang untuk berfikir. Jadi ideologi yang dikemas HTI itu dibalut dalam argumentasi.
“HTI adalah gerakan massa yang dapat menjaga kecendikiawanan sehingga enak ditonton dan menaikan rating!” lontar Edi yang didampingi Humas Metro TV Retno. Sedangkan Ismail, didampingi Ketua DPP HTI Farid Wadjdi, serta beberapa aktivis HTI di antaranya adalah Budi Dharmawan dan Mujianto.
Metro TV Dikritik
Farid Wadjdi pun mengkritisi tayangan Metro TV terutama terkait kasus terorisme.  Menurut Farid narasumber masalah terorisme sering menggunakan teori “pokoknya begitu” jadi mematahkan seluruh proses perdebatan dan kekritisan.  ”Jadi seakan-akan ada anggapan karena ini kasus terorisme tidak perlu ada ruang diskusi, ini bisa menurunkan rating malah,” ujar Farid.
Mujianto pun menambahkan. Menurutnya, ada asosiasi dalam pemilihan narasumber. Sehingga terkesan Metro TV digunakan untuk menjadi corong stigmatisasi terhadap Islam.
Begitu ada bom, langsung narasumber tersebut  ngomong di Metro TV melakukan asosiasi bahwa pelakunya adalah gerakan Islam yang tujuannya mendirikan negara Islam.
“Padahal proses investigasi dan hukum pun belum sampai situ, jadi kesan yang kita tangkap seolah jadi corong,” cetus Muji.
Dalam kesempatan itu, HTI pun menjelaskan agenda Konferensi Rajab: Hidup Sejahtera di bawah Naungan Khilafah yang rencananya digelar secara estafet di 28 ibu kota provinsi selama bulan Juni yang puncaknya diselenggarakan pada 29 Juni di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.[] joko prasetyo/mediaumat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar