PEMUDA ISLAM

WAHAI PARA PEMUDA ISLAM BERGABUNGLAH BERSAMA BARISAN PEJUANG PENEGAK SYARIAH DAN KHILAFAH ISLAM

Selasa, 21 Juni 2011

Harry Moekti Ajak Umat Islam Babel Jalankan Syariat Islam

PANGKALPINANG- Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Pusat, KH Harry Moekti, meminta umat Islam di Provinsi Bangka Belitung (Babel), menjalankan syariat Islam untuk mengatasi perpecahan umat.
“Kebesaran umat Islam sudah tidak terlihat lagi setelah keruntuhan sistem Khilafah Turki Usmani pada 1924 M ditandai terpecahnya menjadi negara-negara kecil yang lemah,” ujarnya pada acara Konfrensi Rajab 1432 H di Pangkalpinang, Ahad.
Menurut mantan rocker ini, penyebab perpecahan umat Islam sekarang dan pada zaman kekhalifahan Turki Usmani karena pengaruh dari dalam umat Islam itu sendiri. Dan infiltrasi Amerika Serikat dan sekutunya dengan menyebarkan ideologi kapitalisnya.
Ia berharap adanya dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap perjuangan yang dilakukan oleh HTI dalam menegakkan Syariat Islam dan sistem Khilafah.
“Kami berharap masyarakat, ulama, tokoh masyarakat dan para ahlul kuwah (pemimpin) kaum muslimin memberikan dukungan terhadap konsep perjuangan HTI dalam menegakkan syariat dan khilafah,” harapnya.
Sementara itu, K.H. Syairan, Rois AM Syuriah Nahdatul Ulama (NU) Kabupaten Bangka Tengah mengemukakan, jajaran pengurus NU di Bangka Tengah sepakat dan mendukung perjuangan HTI Babel dalam menegakkan Syariat Islam dan khilafah.
Karena menurutnya, dengan diterapkannya syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah telah terbukti pada masa lalu mampu menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia. “Bukti telah mencatat bahwa umat manusia yang bukan hanya kaum muslimin saja, akan tetapi non muslim juga bisa hidup sejahtera dengan diterapkannya syari’at dan khilafah,” ujarnya.
Sekitar 2.000 masyarakat provinsi Bangka Belitung (Babel) yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda sepakat diterapkannya Syariat dan Khilafah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dalam acara Konfrensi Rajab 1432 H Di Hotel Novotel Bangka.
Pekikan takbir serta teriakan yel-yel ‘Khilafah, Khilafah, Khilafah’ bergema di dalam ruangan yang besar dan mewah ketika para narasumber dan orator menyapaikan orasinya, yang telah mampu membakar semangan para peserta yang hadir untuk berjuang mengemban dakwah dalam menegakkan Syari’at di bawah naungan Khilafah Islamiyah. (republika.co.id, 19/6/2011)

Konfrensi Rajab, Motivasi Umat dengan Syariat Islam

PADANG, SO–Khilafah, merupakan sebuah institusi kepemimpinan yang satu bagi kaum muslimin. Di mana dengan adanya khilafah, maka seluruh pertanyaan terhadap permasalahan masyarakat akan segera terjawab.
Seluruh permasalahan masyarakat akan mendapatkan solusi tepat dan tuntas. Mulai dari permasalahan pribadi, keluarga maupun masyarakat bernegara baik itu masalah demografi, kriminalitas, pengangguran, kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan permasalahan lainnya.
Itulah uraian singkat yang dipaparkan Ust. Rozi Saferi, ST selaku Ketua DPD Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Sumatera Barat pada Konferensi Rajab yang digelar, Minggu kemarin (19/6).
Pada Konferensi Rajab yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di 29 kota seluruh Indonesia dengan antusiasme masyarakat sebagai bukti nyata dari sekedar ribuan kata yakni dukungan umat terhadap perjuangan Hizbut Tahrir di berbagai tempat.
Adapun tujuan diselenggarakannya Konferensi Rajab dalam rangka mengingat dua peristiwa penting yakni Isra’ Mi’raj dan runtuhnya Khilafah Islamiyyah.
Rozi mengatakan, Konferensi Rajab ini bukan untuk meratapi runtuhnya Khilafah Islamiyah 1924 M/1342 H, tetapi semata untuk memotivasi umat hanya dengan syariat Islam umat akan sejahtera di bawah institusi Khilafah.
Tidak hanya itu, Konferensi Rajab yang dihadiri ribuan masyarakat Sumatera Barat ini mampu memotivasi umat untuk bangkit dari keterpurukan dan menyadari, bahwa hanya dengan Khilafah lah mereka akan sejahtera. Dan hal ini tentu saja membuat Barat Kafir menjadi gemetar.
Sejak awal, Barat Kafir telah berupaya keras menjauhkan umat dari Syariah dan Khilafah. Dengan menghembuskan isu bahwa Syariah dan Khilafah itu teroris, radikal dan juga kejam. Tentu saja hal tersebut, pada hari ini tertolak frontal, tegas Rozi. (sumbaronline.com, 20/16/2011)

Khilafah akan Kembali pada 2020

BANTUL - Sebuah penelitian yang cukup mencengangkan pada 2004 oleh National Intellegence Council (NIC) melansir kemungkinan kembalinya Khilafah Islamiyyah sebagai pemimpin dunia. Dewan intelejen AS tersebut dalam ramalannya memperhitungkan kebangkitan kekuatan Islam di samping kekuatan-kekuatan lain yang sudah eksis maupun terus menggeliat seperti AS dan Eropa atau China dan India.
“NIC meramalkan kebangkitan Khilafah Islamiyyah sangat mungkin menjadi penguasa di tahun 2020. Di samping kekuatan besar seperti AS atau China dan India,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat jumpa pers usai Konferensi Rajab di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (19/6).
Konferensi mengusung tema Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah dan dihadiri oleh sekitar 10.000 orang. Konferensi juga digelar secara serentak di sembilan kota.
Ismail Yusanto menegaskan konsep kekhalifahan dan syariat Islam merupakan satu-satunya cara (bukan pilihan) untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Terlebih lagi rakyat Indonesia tengah dirundung banyak masalah seperti kemiskinan dan kebodohan, pengangguran dan tingginya angka putus sekolah, kriminalitas dan maraknya pornografi dan pornoaksi serta ketidakadlan ekonomi.
“Dan itu semua terjadi sebagai akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalis yang mencengkeram negeri ini. Sistem ini memang telah memberikan sejumlah kemajuan, tapi itu terbatas pada aspek material dan itu pun hanya dirasakan oleh sebagian kecil rakyat Indonesia,” katanya.
Khilafah sangat mungkin menjadi sebuah adikuasa baru yang akan menggantikan sistem-sistem yang ada seperti demokrasi dan kapitalisme. “Nyatanya ramalan tersebut datangnya dari Amerika (NIC) bukan dari pihak Islam. Dan perlu saya katakan saat 2006, Presiden Bush 16 kali mengucap tentang Khilafah Islamiyyah. Jika kita sendiri tidak meyakini, buat apa Barat ketakutan?” ucapnya.
Meski meyakini suatu saat Khilafah akan bangkit, namun HTI tidak menempuh cara dan sistem yang mendominasi dunia saat ini, seperti sistem demokrasi. Demokrasi dianggap bertentangan dengan prinsip Islam di dua titik.
“Pertama, hak membuat hukum ada di tangan rakyat atau wakil rakyat sedang dalam Islam itu adalah hak Allah. Kedua, dalam demokrasi pemimpin dipilih oleh rakyat untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Namun dalam Islam pemimpin dipilih rakyat untuk menjalankan syariat Islam,” ucap Ismail.
Menurut Ismail, ada implikasi serius jika sebuah hukum atau perundangan adalah hasil atau kompromi yang tidak sesuai syariat Islam yang bisa berakibat tidak terwujudnya kesejahteraan umat. “Sebab itu kami antidemokrasi. Lebih baik disebut antidemokrasi daripada dicap anti-Islam. Namun saat ini banyak orang yang takut dicap antidemokrasi tapi santai saja malah bangga dicap anti-Islam,” tuturnya.
Jalur yang ditempuh HTI untuk mewujudkan kekhilafahan, kata Ismail, disebut sebagai cara a demokrasi. Seperti melalui proses sosial dan meyakinkan masyarakat (convience the people) serta melakukan linkage dengan berbagai pihak berpengaruh (influental people) sampai terjadi replacement kekuasaan. (cybernasonline.com, 20/6/2011)

Senin, 20 Juni 2011

Ba'asyir: Silakan Hukum Saya, Tapi Jangan Mencela Syari'at Allah

JAKARTA – Setelah menjalani persidangan berbulan-bulan, akhirnya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir divonis 15 tahun penjara oleh majelis Hakim pada kamis (16/6) kemarin. Meski vonis ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut hukuman penjara seumur hidup, namun putusan ini sangat mengecewakan bagi umat Islam. Karena vonis ini tak ada bedanya dengan vonis hukuman seumur hidup. Pasalnya, tanggal 17 Agustus 2011 nanti ulama sepuh ini genap berusia 74 tahun.
Bila Amir Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) ini harus menjalani hukuman penjara 15 tahun, berarti sisa umurnya hingga berusia 85 tahun habis di balik terali besi. Mereka menginginkan ulama kharismatik ini menghuni penjara hingga akhir hayatnya?
Ustadz Abu, demikian biasa disapa, sangat kecewa dengan putusan yang dianggap tidak netral itu, bukan soal besarnya vonis. Tapi Ustadz Abu justru kecewa bila para penegak hukum melecehkan syariat Allah dengan memvonis syariat I’dad sebagai tindak pidana terorisme. Keputusan hakim itu dinilai sebagai bentuk peperangan terhadap syariat Islam.
“Saya menolak putusan hakim karena mereka memutuskan hukum bukan dengan hukum Allah, putusan ini ada unsur memerangi Islam dan pengadilan ini tidak netral,” tegas ustadz Abu saat dibezuk di sel Bareskrim Mabes Polri Jum’at sore (17/6/2011), didampingi sang istri, Ummu Aisyah Baradja.
Karenanya, Ustadz Abu bertekad akan terus melawan penindasan dan kezaliman itu dengan menempuh jalur hukum hingga tingkat PK (Peninjauan Kembali). Menurutnya, I’dad adalah syariat yang diperintahkan Allah. Memvonis I’dad sebagai tindak pidana terorisme adalah pelecehan terhadap Syariat Islam.
“Kalau mereka mau menyalahkan saya mereka harus mendatangkan bukti-bukti dari Al-Qur’an dan Sunnah. Soal I’dad di Aceh misalnya, menurut hukum Islam itu syar’i,” paparnya. “Jadi kalau mereka mau menghukum saya silakan jika saya salah, tapi jangan mencela Syariat Allah dengan mengatakan syariat I'dad sebagai tindakan terorisme ini yang saya tidak terima, ini penghinaan namanya dan akan terus saya lawan,” pungkasnya. [taz, widad]

(voa-islam.com) 

Kelompok Teroris Zionis Sebelum Berdirinya Israel: Hashomer sang Pelindung Yahudi (1)


Dalam perayaan HUT Israel di Indonesia, bulan lalu, Unggun Dahana menyatakan bahwa Israel adalah sebuah Negara penuh toleransi dan cinta damai. Tentu kita mengetahui ucapan itu tidak lebih dusta. Sebab dalam rekam jejak sejarahnya, sebelum berdirinya Israel pun tentara Zionis sudah menyiapkan seperangkat kelompok teroris yang akan bertugas membasmi rakyat Palsetina dan mendirikan Negara ilegal Israel.
Data dan fakta mengenai mereka sendiri pun tidak banyak terungkap. Padahal milisi-milisi kelompok teroris Zionis memliki andil penting dalam memuluskan jalan berdirinya Israel kelak pada tahun 1948.
Oleh karenanya, berikut kita akan mengupas lebih jauh sepak terjang kelompok-kelompok teroris sebelum berdirinya negara penjajah Zionis Israel.
Kelompok Hashomer
Dalam bahasa Ibrani atau bahasa resmi Zionis Israel, Hashomer berarti penjaga atau pelindung. Kelompok ini termasuk organisasi teroris zionis pertama dan terpenting sebelum pembentukan rezim Zionis. Aktivitasnya tidak lebih menjalankan aksi untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi di Palestina.
Amos Perlmutter dalam bukunya Militer dan Politik di Israel menulis, “Unit Pertahanan pertama Yahudi di pengungsian dibentuk di penghujung abad ke 19 di Eropa Timur. Pada 1905, partai Puali Zion- yang didirikan sebelum gerakan Sosialis Zionis-mengawasi pembentukan kelompok-kelompok pertahanan di Palestina. Pada 1909, tempat mereka diambil alih, oleh kelompok Hashomer.
Menurut Madjid Sahafa dalam bukunya Negara Fiktif, mulanya Hashomer bukanlah merupakan kumpulan orang-orang Zionis yang sepaham, melainkan gabungan para aktifiz Zionis dari Eropa Timur, Ukraina, dan Kaukasus. Belakangan, orang-orang Yahudi Marxis dari Rusia bergabung dan menciptakan spirit militerisme di dalam tubuh Hashomer.
Sedangkan Leonerd Mosely dalam bukunya Gideon Goes To War mengatakan bahwa pada 1907, imigran zionis membentuk sebuah organisasi militer bernama Bar Guevara (Komunitas Rahasaia Yahudi). Bar Guevara sendiri adalah cikal bakal Hashomer yang di antara tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengumpulkan informasi-informasi rahasia. Setelah dua tahun berljalan, reorganisasi pun dilakukan dan nama Bar Guevara kemudian diubah menjadi Hashomer. Sedangkan, para imigran Yahudi yang membentuk Bar Guevara adalah Yitzhak Ben Tarvi, Alexander Zeid, serta seorang bernama Israil Shuhet.
Meski mulanya Hashomer dibentuk untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi, namun belakangan kelompok ini bermetamoforsis menjadi kelompok teroris, militer, dan spionase Zionisme. Hashomer memiliki pengaruh kuat pada sebagian besar organisasi-organisasi sosialis Zionis dan melancarkan aksi teror bagi warga palestina.
Selain menjaga dan melindungi koloni-koloni Zionis di bumi para nabi itu, Hashomer juga membangun beberapa koloni pemukiman Yahudi untuk ditempati oleh para imigran Yahudi yang datang dari Eropa Timur.
Koloni pertama yang dibangun Hashomer adalah koloni Marjabia yang terletak di lembah Bisan. Setelah itu Hashomer pun kembali membangun dua koloni lagi. Salah satunya bernama Tel Hadshim di lembah Bisan dan lainnya bernama Kofr Jaladi di desa Mithlah, sekitar kawasan Jalil.
Pada permulaan Perang Dunia Pertama, Hashomer sempat dikejar-kejar oleh pihak Turki. Khususnya setelah penangkapan Lisanisky-salah seorang anggota kelompok spionase bernama Neili-. Rahasia-rahasia kelompok Hashomer pun akhirnya terbongkar. Hal ini pun berujung pada penangkapan 12 anggota Hashomer.
Kendati demikian, orang-orang Turki tidak bisa memperoleh informasi lengkap perihal aktivitas anggota Hashomer dalam jaringan Zionis. Oleh karennya, Hashomer selamat dari pengejaran pejabat-pejabat Turki, tapi tidak bisa terbebas dari dampak spionase yang dilakukannya, yaitu pendeknya masa aktivitas organisasi dan pembubarannya.
Setelah Palestina jatuh ke tangan Pasukan Britania (Inggris), terbongkarlah bahwa beberapa pemimpin Hashomer bekerja pada sebuah jaringan spionase. Dan menjadi penghubung antara jaringan itu dengan komite politik Pishof. Meskipun belakangan diketahui bahwa sebagian bantuan dana itu tidak sampai ke tangan komite melainkan masuk ke kantong beberapa pengurus Hashomer.
Sepanjang periode kekuasaan Inggris atas Palestina, Hashomer meningkatkan aksi teror dan militernya terhadap warga Palestina dan Inggris.
Akhirnya pada permulaan dekade abad ke 20, ketika kaum Zionis merasakan kebutuhan mendesak untuk membentuk sebuah kekuatan militer besar, Hashomer pun mengusulkan pembentukan organisasi Haganah dan segera berinisiatif mendirikannya. Namun beberapa anggota Hashomer menolak usulan tersebut dan lebih memilih membentuk kelompok perang kecil bernama Brigade-Brigade-Perang. Kelompok ini pun tetap berbentuk seperti ini, hingga revolusi terhadap orang-orang Palestina meletus tahun 1929. Namun setelah itu mereka terpaksa bergabung dengan Haganah.
Hingga pada akhirnya, Yutzhak Ben Tarvi, salah seorang pengurus Hashomer menjadi presiden Israel dan Ben Gurion yang menjadi perdana menteri pertama Zionis Israel adalah salah seorang pendukung utamanya. (pz/bersambung)

Siapa yang Lebih Membahayakan NKRI?

gal565511346.jpg (500×374)
Oleh: Harits Abu Ulya
DALAM sebuah wawancara dengan situs Kristen Reformata berujudul, “Tujuan Mereka Adalah Negara Islam!” (di Posting 07 Juni 2011), Kepala BNPT Ansyaad Mbai untuk kesekian kalinya mencoba menjelaskan cara pandangnya terhadap persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Di kota Makasar-Sulsel, BNPT juga pernah menggelar seminar nasional bertajuk “Ayo Lawan Terorisme”, di Balai Prajurit M Yusuf, Makassar, Rabu (25 Mei 2011). Saat itu, tampil sebagai pemateri, Kepala BNPT Ansyaad Mbai, Perwakilan Kedutaan Australia Andrew Barner, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Perwakilan Kadin Indonesia Wibawanto Nugroho, Ketua Komisi I DPR RI Luthfi Hasan Ishak dan dipandu Guru Besar UIN, Prof Dr Hamdan Juhannis.
Mbai dihadapan ratusan remaja dan mahasiswa juga mengulang penjelasan yang sama seperti diberbagai forum sebelumnya. Penulis melihatnya hal ini wajar. Beliau harus bicara di mana-mana dengan konten seperti itu karena posisinya di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Tapi yang menjadi tidak wajar jika kita menguji pemikiran (doktrin) Mbai terkait persoalan terorisme dan akar masalahnya. Dalam wawancaranya dengan situs Reformata minimal ada beberapa poin yang bisa kita uji kesahihannya.
Pertama; ia mengatakan, ciri-ciri radikalisme (mengutip pandangan Gus Dur dalam buku Ilusi Negara Islam), antara lain bahwa kelompok itu suka mengkafirkan orang. “Jangankan yang berbeda agama, yang berbeda saja, dalam tata ibadah misalnya, itu sudah dianggapnya kafir.”

Kedua, beliau juga mengatakan, ciri-ciri mereka selalu mengatasnamakan Tuhan untuk menghukum yang lain. “Tujuan gerakan mereka adalah ingin mengubah negara bangsa menjadi negara agama. Ganti ideologi Pancasila dengan Islam versi mereka, mengganti NKRI dengan khilafah. Ini ancaman bagi NKRI, karena itu Presiden selalu mengatakan, negara tidak boleh kalah, bagitu katanya.
Ketiga, Mbai juga mengatakan begini; “jelas tujuan mereka adalah Negara Islam, khilafah dan penegakan syariat Islam.”

Ada banyak hal yang perlu ditanggapi masalah ini. Pertama, cara main kutip tanpa memperhatikan kredibilitas buku adalah sangat berbahaya. Lebih-lebih referensinya buku “Ilusi Negara Islam” terbitan LibForAll Foundation (kerjasama The Wahid Institut dengan Ma’arif Institut dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika yang diluncurkan 16 Mei 2009) ini telah banyak menuai kritikan.
Empat peniliti asal Yogyakarta, Zuli Qodir, Adur Rozaki, Laode Arham, Nur khalik Ridwan, memprotes isi buku “Ilusi Negara Islam” tersebut. Buku itu dinilai tidak sesuai dengan yang diteliti dan isinya “mengadu domba” umat Islam. Aneh bukan?
Buku yang memuat hasil penelitian mereka (4 orang di atas), tapi justru ketika jadi buku isinya jauh dari apa yang ditelitinya. Isi dari buku telah menyimpang dari yang mereka teliti selain mereka juga tidak dilibatkan dalam proses penerbitan. Dan tujuan penerbitan di nilai telah bergeser dari riset yang semula bertujuan akademik kepada kepentingan politis. Dan ini diperkuat hampir semua peneliti daerah yang namanya tercantum dalam buku tersebut tidak pernah diajak untuk berdialog menganalisis temuannya dalam kerangka laporan hasil penelitian yang utuh. Di catutnya para peneliti daerah hanya untuk melegitimasi kepentingan politis pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari Lib For All, Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku itu. Jika malu mengatakan buku ini ilmiah. Dari sini saja sudah bermasalah, kenapa hasilnya juga dipaksakan seolah itu pendapat shahih? Apalagi yang disimpulkan itu masalah penting, menyangkut syariat Islam.
Serasa lebih aneh lagi dengan buku tersebut ketika mencantumkan Gus Dur menjadi editornya. Padahal, pada saat itu Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya, aneh bukan?
Penulis pernah menjadi salah satu penanggap dalam diskusi terbatas yang di lakukan Litbang Depag Pusat (Tahun 2010), membahas buku “Ilusi Negara Islam” dengan menghadirkan salah satu narasumbernya adalah Direktur The Wahid Institute. Banyak perserta diskusi mengkritisi dan tidak puas bahkan meragukan kredibilitas dan intelektualistas orang-orang The Wahid Institute jika mengacu kepada produk buku “Ilusi Negara Islam”. Sebuah buku yang substansinya sarat adu domba dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Buku yang cacat secara ilmiah. Namun tetap saja, buku ini tak pernah direvisi dan tidak pernah ditarik. Bagaimana mungkin sebuah istitusi riset masih saja mengeluarkan buku bermasalah? Ada apa ini?
Rupanya, buku semacam inilah yang dijadikan referensi Ansyaad Mbai untuk menjelaskan doktrin-doktrinya siapakah yang dianggap radikal atau yang bukan radikal. Apalagi itu dilakukan dengan sebuah parameter yang gegabah dan sarat dengan cara pandang yang tendensius.
Dengan tetap memaksakan menggunakan buku “Ilusi Negara Islam”, Mbai, kata orang Jawa, ingin “nggepuk, nyilih tangan” (memukul dengan meminjam tangan orang, red).
Bagi Mbai --seperti yang pernah ia ungkapkan juga di Loka Karya Sespim 27 Oktober 2009-- pada umumnya jika seorang mempunyai persepsi (mindset) tentang adanya kondisi yang menindas secara terus menerus oleh Barat pimpinan AS terhadap Islam. Dan kemudian menganggap bahwa kondisi tersebut adalah ketidakadilan yang harus diubah maka cukup seorang bisa di labeli Radikal bahkan teroris. Nah, jika itu alasanya, akan banyak para intelektual dan para pengamat politik yang masuk kategori “radikal” dan “teroris”. Apalagi jika dikaitkan dengan kewajiban dalam Islam “amar makruf nahi munkar”, berapa juta orang yang akan masuk radikal jika mereka dengan beraninya mengkritisi setiap kedzaliman yang dilakukan oleh penguasa atau oleh negara imperialis semacam Amerika?
Sungguh naïf sekali jika pendapatnya untuk mengidentifikasi seorang itu radikal atau tidak dengan ciri-ciri sangat sederhana. Bahkan terlihat lebay memberikan label radikal jika ada seorang mengkafirkan orang lain karena berbeda dalam masalah ibadahnya. Betulkah demikian? Apakah ada di ormas Islam NU, Muhamadiyah, AL Wasilah, Al Irsyad atau DDII saling mengkafirkan karena perbedaan dalam wilayah ibadah (furu’iyah)? Umat Islam tak sebego itu melakukannya. Mereka memang berbeda pendapat, namun mengkafirkan orang itu bukan masalah main-main. Hukumannya sangat berat. Jadi di mana ada ormas atau kelompok Islam saling mengkafirkan? Dari mana dapat data itu? Mengapa hal seperti ini diungkapkan di publik tanpa data akurat?
Umat Islam “sudah melek akidah dan fiqh”, tak akan mengkafirkan atau memurtad kan orang” hanya untuk urusan furu’iyah(cabang-cabang ibadah).
Kedua,  lebih setia mana kelompok Islam dan pesantren dengan kelompok yang mengusung semangat etno-nasionalism atau separatism seperti OPM (organisasi Papua Merdeka) dan Republik Maluku Selatan (RMS)? Ribuan pesantren di Indonesia hadir justru untuk membantu pemerintah mengatasi kemiskinan dan tingkat buta huruf. Harusnya beruntung pemerintah pada mereka yang ingin mendirikan sekolah-sekolah gratis dan menyelanggarakan pendidikan tanpa bantuan pemerintah. Betapa pusingnya pemerintah jika semua harus ditanggung. Sedang mengurusi Century dan operasinya Malinda Dee saja sudah pusing.
Banyak mahasiswa aktif di masjid-masjid kampus. Mereka rajin shalat dan rajin belajar. Karena sifat berislam itu, jika ia makin beriman, maka ia majin rajin dan ingin berprestasi. Maka tak sedikit aktivis kampus itu menjadi peneliti, doktor dan profesor dan akhirnya menjadi cendekiawan yang akhirnya membantu dan menjadi mitra pemerintah juga.
Mereka kuliah sembari belajar agama, supaya mereka tidak menjadi ilmuwan, politisi atau teknokrat yang koruptor. Sudah beruntung pemerintah tidak mengeluarkan biaya training mereka selama kuliah. Lha kok para aktivis Islam ini justru "diburu?" dan dimasuk-masukkan kategori "radikal” dan “teroris”. Mengapa bukan para bandar narkoba yang merusak mental jutaan remaja kita?
Kenapa pula BNPT dengan Densus 88 tidak bekerja keras menangkap OPM, RMS dan bandar narkoba dan para koruptor selama 7 kali 24 jam? Sementara hingga saat ini lebih dari 600 orang aktifis Islam dalam bui rezim karena dikaitkan dengan “terorisme”.
Di bidang perminyakan, penghasil minyak utama didominasi oleh asing. Di antaranya, Chevron 44%, Pertamina & mitra 16%, Total E&P 10%, Conoco Phillip 8%, Medco 6%, CNOOC 5%, Petrochina 3%, BP 2%, Vico Indonesia 2%, Kodeco Energy 1 % lainnya 3% (sumber: Dirjen Migas, 2009).
Di bidang pertambangan, lebih dari 70% dikuasai asing. Porsi operator minyak dan gas, 75 % dikuasai asing. Asing juga menguasai 50,6% aset perbankan nasional per Maret 2011. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Begitu pula telekomunikasi dan industri sawit pun juga lebih banyak dikuasai asing (lihat, Kompas, 22/5).
Lantas siapa sebenarnya yang membahayakan NKRI? Jika kita telisik banyak sekali kebijakan-kebijakan politik yang menjadikan kedaulatan NKRI hanya menjadi mimpi di siang bolong.
Ketiga, Mbai mencontohkan Malaysia dan Singapura tentang perangkat hukum. Menurutnya, Malaysia sangat keras terhadap kelompok Islam. Menurutnya, di sana, radikalis tidak memiliki ruang gerak. Ia mencontohkan Mahathir, mantan perdana menteri Malaysia yang dianggap tegas. Sebab semua ceramah, dakwah atau apa pun yang ditengarai menyebarkan permusuhan dan kebencian, itu ditangkap dan dimonitor. Sungguh aneh, apa yang dilakukan Mahatir (yang sebenarnya ingin meniru Pak Harto) dianggap mundur. Sebab di hari akhir, pak Harto merevisi kebijakannya semasa Orde Baru. Lha kok pak Mbai ingin kita seperti Orde Baru lagi?
Atau mungkinkah pemerintah ingin menerapkan kembali masa Orde Baru, sebagaimana kini diterapkan di Malaysia? Di mana semua masjid akan diberi kamera? Aktivis Islam ditangkapi dan dipenjara? Mengapa tak berkaca pada jatuhnya Soeharto, Revolusi di Mesir, Aljazair dan beberapa Negara Timur Tengah?
Sebagai bagian dari umat, rasanya ingin sekali penulis berdiskusi secara gayeng dengan Mbai. Sayang, di banyak kesempatan beliau jarang membuka ruang dialog secara fair dan gayeng. Dalam banyak diskusi yang saya temui, beliau datang, lantas pergi.
Telah banyak darah umat Islam tumpah untuk negeri ini. Banyak pula darah syuhada, ulama, dan para santri sebagai saksi memperjuangkan negeri ini berdiri seperti sekarang. Jadi, mengapa masih saja umat Islam dianggap membahayakan NKRI dan dipertanyakan kesetiannya?
Penulis Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI

Home / Hizbut Tahrir, HTI Press, konferensi rajab 1432 H / Konfrensi Rajab 1432 H : Rakyat Aceh Dukung Penegakkan Khilafah! Konfrensi Rajab 1432 H : Rakyat Aceh Dukung Penegakkan Khilafah!

http://dl.dropbox.com/u/9890724/Jangan%20di%20Delete/Auto2.jpgAhad pagi, 19 Juni 2011 kondisi AAC Dayan Dawood berbeda dari biasanya. Gelombang kaum muslimin dari berbagai kota tumpah ruah memadati aula gedung AAC Dayan Dawood. Tak hanya itu saja, massa dari berbagai pesantren/dayah juga turut hadir mengikuti konferensi yang dimulai sekitar pukul 08.30 WIB ini.
Konferensi yang dihadiri oleh lebih dari 1500 orang ini, terdiri dari berbagai kalangan masyarakat . Mulai dari ulama, pelajar, pengusaha, akademisi, mubaligh dan mubalighoh, mahasiswa, hingga anak-anak dan orangtua juga ikut menghadiri konferensi yang bertajuk “Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah” ini. Mereka datang dari seluruh Bumi Aceh.
Pukul 07.00, para peserta sudah mulai tiba, baik dari Banda Aceh maupaun dari luar Banda Aceh dan Aceh Besar. Mereka datang dengan menggunakan bus, mobil, sepeda motor bahkan ada yang hanya berjalan kaki. Beberapa diantara rombongan ada yang tiba pada saat subuh dan ada yang tiba saat acara dimulai, Ahad pagi. Peserta yang datang langsung mengunjungi meja registrasi dengan menunjukkan potongan tiket acara.
Tepat pukul 08.30, acara Konferensi Rajab dibuka dengan lantunan nasyid dan pembacaan puisi. Tampil sebuah sanggar yang telah begitu dikenal oleh masyarakat Aceh, yakni Sanggar Seni Seulawet. Sanggar yang sering tampil di panggung-panggung internasional ini tampil dengan rapa’ie geleng, yang berisi nasihat-nasihat mengajak umat untuk ikut mendirikan kembali Khilafah Islamiyah.
Selanjutnya, duet Host Novi Reandy Sasmita dan Muhammad Firza menyapa peserta dengan hangat dan juga membangkitkan semangat peserta dengan menggambarkan betapa pentingnya peran serta dan kehadiran mereka dalam acara dan kemudian dibalas dengan riuh oleh seluruh peserta KR yang memenuhi aula AAC Dayan Dawood tersebut.
Opening speech disampaikan Ust. Rahmat Ibnu Umar, dari DPD II HTI Aceh Besar. Secara bergiliran menyampaikan orasinya Ust. Abbas Abdullah, Ust. Alwin , Ust. Thoriq Abu Askar (pimpinan DPD I Banda Aceh), Ust.Iqbal. Pembicara terakhir Ust. Siddiq Al-Jawie, dari DPP HTI menyampaikan seruan hangat Hizbut Tahrir kepada umat Islam di Aceh .
Konferensi ini semakin menggelora dengan testimoni yang disampaikan para Ulama, intelektual, pengusaha Aceh, mahasiswa dan dari kalangan akhwat mendukung penegakkan Khilafah secara penuh . Dari kalangan ulama hadir Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, Tgk. Abdul Roni. Dari kalangan pengusaha Aceh, hadir Zardan Abidin, MT. Mewakili tokoh intelektual Aceh Prof. Zainal Abidin Alawy. Melengkapi testimoni para tokoh tampil Mahmudin (tokoh mahasiswa) dan Ibu Raniar Dewi ( FORSAP ACEH).
Selain diisi dengan orasi-orasi para tokoh, acara KR kali ini juga diisi oleh kolaborasi aksi teatrikal Sanggar Seni dari SMAN 1 Lampeuneureut dan dari kalangan mahasiswa. Teatrikal ini menggambarkan kondisi umat saat ini yang dikuasai oleh sistem Kapitalisme, dimana tatanan kehidupan masyarakat telah rusak dan memberikan kesenjangan yang lebar antara para penguasanya dan rakyatnya. Yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya. Kondisi ini juga diperparah oleh kehidupan generasi mudanya yang hedonis dan materialistis . Generasi mudanya menjadi generasi bebal, kacau balau dan sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.
Namun, ditengah kondisi yang sedemikian parah ini, masih ada sebagian dari umat ini yang tidak henti-hentinya berdakwah, menyampaikan Islam . Meskipun dengan dengan resiko dituduh radikal, bahkan ada yang ditangkapi dan disiksa oleh para penguasanya dengan alasan perang melawan terorisme (WOT). Namun kondisi ini tidaklah berlangsung lama, para aktivis dakwah ini terus menerus menyeru kepada penerapan syariah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah ‘ala Minhajjin Nubuwwah.
Dan, usaha mereka ini tidak sia-sia, para penguasa, ulama, intelektual, militer, pengusaha akhirnya, dengan pertolongan Allah SWT, mendengar seruan ini dan beramai-ramai mendukung perjuangan Hizb. Nashrullah hadir sebagai pertanda tegaknya Islam dengan Khilafah yang mampu menjawab segala harapan umat yang sudah terlalu lama menderita dibawah cengkraman Sistem Kapitalisme.
Para peserta konferensi rajab sangat antusias mengikuti acara ini hingga selesai. Ini terbukti dengan penuh semangatnya mereka mengatakan dan berjanji dengan lantang dan penuh semangat, siap berjuang bersama Hizbut Tahrir menegakkan Khilafah di bumi para syuhada ini. Kibaran al-Liwa” dan ar-Roya’ menggema memenuhi seluruh aula tempat berlangsungnya Konferensi Rajab dan sekaligus menjadi bukti, bahwa umat semakin sadar betapa pentingnya penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Umat juga semakin tidak sabar lagi untuk hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah.
Konferensi Rajab yang dihadiri lebih dari 1500 orang ini adalah konferensi pertama di Aceh yang disiarkan live melalui streaming sehingga dapat ditonton oleh seluruh rakyat Aceh, nasional maupun internasional []antoni abdul fatah

Perempuan Tua Mati Kelaparan di Tepi Jalan Raya

Jember- Lagi-lagi dampak kemiskinan harus kembali merenggut nyawa manusia. Seorang perempuan tua dengan kondisi badan sangat kurus ditemukan tewas terkapar, di tepi jalan raya area lahan Perhutani RPH Garahan Kecamatan Silo. Perempuan itu diduga meninggal karena kelaparan.
Jasad perempuan tak dikenal itu ditemukan Mulyono (51), warga Dusun Curah Dampar, Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Sabtu (18/6/2011) malam. Saat melintas menuju kebun, ia melihat sosok yang terbujur kaku.
Mayat itu memiliki ciri-ciri: tinggi badan 150 centimeter, diperkirakan berusia 75 tahun. Kulit sawo matang, dan kondisi badan yang kurus. Badannya kumuh dan tak terawat.
Penemuan itu menggegerkan warga. Aparat Kepolisian mengevakuasi mayat itu ke puskesmas Silo. “Kami duga mayat itu gelandangan dan pengemis,” kata Kepala Unit Reserse dan Kriminal Kepolisian Sektor Silo, Ajun Inspektur Satu Haryono, Minggu (19/6/2011).(beritajatim.com, 19/6/2011)

Masyarakat DIY-Jateng Sambut Hangat Penegakan Khilafah

http://dl.dropbox.com/u/9890724/Jangan%20di%20Delete/Auto.jpgTepat pukul 08.00 hari Ahad, 19 Juni 2011,di hall utama Jogja Expo Center (JEC) acara Konferensi Rajab DPD1 HTI DIY dimulai. Sapaan pembawa acara Heri Kurniawan dan Agus Yuhana mempersilahkan para hadirin menempati kursi yang sudah disiapkan. Macapat yang dibawakan ust Cahyono, sebagai tembang Jawa menyambut kedatangan dan juga salam hangat dari Yogyakarta. Penampilan Tari Saman yang dilakukan oleh tim dari asrama Aceh menghangatkan peserta sekaligus memusatkan perhatiannya focus pada panggung.
Meskipun peserta yang datang dan masuk ruangan baru sekitar 70 persen, di luar gedung bus-bus masuk dengan rapi. Tidak ketinggalan mobil-mobil pribadi juga susul menyusul memasuki area parkir. Demikian juga pengguna motor hilir mudik memasuki area parkir yang sudah disediakan. Tiba di halaman para peserta sudah disambut oleh among tamu sekaligus merangkap menjadi keamanan. Dan Sebelumnya, peserta yang datang dari luar Yogyakarta sudah disambut dengan kibaran al-liwa dan ar-royah di sudut-sudut kota Yogyakarta. Bagi yang datang dari arah utara masuk melalui Jombor, dari arah barat melewati Gamping, dan dari arah timur melalui jalan Solo/ Janti. Seakan solawat dan salam menyambut mereka dengan kibaran panji-panji islam tersebut.
Peserta hampir memenuhi 10.000 kursi yang telah disediakan, ketika disampaikan opening speech atau sambutan dari DPD HTI DIY yaitu ust. Rosyid Supriadi.,MSi.Tayangan multimedia, teatrikel, terlebih orasi yang disampaikan para pembicara seakan saling mengisi. Sehingga peserta memahami apa pesan  yang disampaikan.
Dr. Dwi Condro Triono selaku pembicara pertama menyampaikan materi tentang Posisi Indonesia di Tengah Kapitalisme Global. Secara jelas Beliau memaparkan bahwa Indonesia sekarang masih dijajah. Tentu dengan model penjajahan yang berbeda dengan dulu. Pembicara kedua menyampaikan materi yaitu Khilafah sebagai Solusi yang disampaikan Ibnu Alwan., S.Ag. Materi ketiga tentang gambaran hidup sejahtera di bawah naungan khilafah disampaikan oleh dua orang pembicara yaitu ust. Wahyudi.,M.Pd & Dr. Muh. Kholid Ridwan. Materi keempat juga disampaikan oleh dua pembicara yaitu ust. Abu Nafis & ust. Wasroi. Perbicara tersebut menyampaikan materi tentang Khilafah Negara adidaya masa depan yang Menyejahterakan. Sedangkan materi tentang tegaknya Khilafah janji Allah disampaikan oleh Ust. Abu Faiz. Orasi pembicara ditutup dengan seruan hangat Hizbut-Tahrir  kepada Umat disampaikan oleh Juru bicara HTI yaitu Ust. Ir. Ismail Yusanto.,MM.
Ada rasa haru,bahkan banyak yang berkaca-kaca ketika ditampilkan teatrikel tentang liwa dan royah serta berubahnya bola hitam dunia menjadi bola emas simbol perubahan yang dirindukan umat yaitu tegaknya kembali  peradaban emas dengan tegaknya khilafah. Gema takbir terus mengiringi hampir setiap momen acara.
Seruan hangat perjuangan penegakan khilafah yang disampaikan jubir mendapat sambutan hangat dari para peserta. Sejumlah wakil masyarakat yakni  Prof. Hasan Konakata (Ketua Asosiasi Muslim Jepang,alhamdulillah Beliau bisa hadir dari Jepang), Sdr. Ihda (mahasiswa UGM), Ir. H. Heru Isnawan MM (Direktur Grasia Group Semarang), KH Nasyiruddin (Pimpinan Pondok Pesantren Taqwalillah Semarang) menyampaikan kesepakatannya tentang kebutuhan penerapan syariah Islam bagi kehidupan masyarakat. Bahkan mereka menyatakan kesiapannya berjuang bersama HTI untuk memperjuangkannya. Dan hal itupun disampaikan secara riuh rendah oleh peserta, Siap memperjuangkan penerapan syariah Islam dan penegakan khilafah. Allahu Akbar! Insya Allah kemenangan I

HT Inggris Berdemonstrasi di Depan Kedutaan Besar Rusia Memprotes Penindasan Terhadap Kaum Muslim

Situs “Demotix” pada hari Sabtu (18/6) kemarin mempublikasikan berita tentang Hizbut Tahrir di Inggris yang mengadakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Rusia. Dalam berita itu dikatakan bahwa lebih dari seratus orang berdemonstrasi di depan Kedutaan Besar Rusia di Kensington memprotes penangkapan dan pelecehan terhadap perempuan Muslim di Rusia oleh aparat keamanan, dan menyerukan agar membebaskan Sidikova Ganevna segera.
Situs menyebutkan bahwa demonstrasi itu diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir di Inggris. Demonstrasi itu diselenggarakan dalam konteks kampanye global yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir untuk mengungkap ketidakadilan dan penindasan yang dihadapi oleh kaum Muslim di Rusia. Kampanye ini dilakukan setelah beberapa kejadian baru-baru ini.
Situs menambahkan bahwa bersamaan dengan demontrasi ini, ada demontrasi lain yang yang diadakan di depan Kedutaan Besar Rusia di Brussels, dan sebelum itu ada demonstrasi di Yordania, Australia, Turki dan Indonesia.
Situs menegaskan bahwa Sidikova Ganevna ditangkap di rumahnya di Moskow pada tanggal 19 Mei 2011, tanpa memberitahu siapa pun tentang penangkapannya. Sementara ketiga anaknya ditempatkan di sebuah rumah untuk anak yatim. Sedang suaminya telah ditahan sejak Desember 2010. Ia ditangkap dengan tuduhan menjadi anggota Hizbut Tahrir. Dan diyakini bahwa penangkapannya dilakukan dalam rangka uasaha untuk mendapatkan dan membuat pengakuan atas berbagai tuduhan yang tidak benar.
Situs ini mencatat bahwa Mahkamah Agung di Rusia telah melarang Hizbut Tahrir sebagai organisasi teroris pada tahun 2003. Dan sejak itu ada banyak penangkapan. Pada tahun 2007 dua belas Muslim dijebloskan dalam penjara dengan tuduhan berusaha menggunakan kekerasan untuk menggulingkan pemerintah. Dalam pengadilan satu-satunya bukti untuk menjerat mereka adalah kepemilikan mereka atas buletin yang diterbitkan atas nama Hizbut Tahrir pada tahun 2003.
Situs mengutip dari Osman Bakhash, Direktur Kantor Informasi Pusat Hizbut Tahrir yang mengatakan pada bulan lalu: “Seluruh dunia tahu betul bahwa Hizbut Tahrir tidak menggukan kekerasan. Bahkan Hizbut Tahrir tidak pernah menggunakan kekerasan apapun selama catatan panjangnya sebagai sebuah partai politik.”
Situs menambahkan bahwa amir (pemimpin) Hizbut Tahrir sejak tahun 2003, Atha’ Abu Rusytah dalam pidato yang disiarkan oleh “BBC” pada tahun 2006 menyerukan penghancuran berbagai kelompok, termasuk Rusia di Chechnya. Meskipun Hizbut Tahrir terkenal memiliki retorika dan sikap keras, namun tidak ditemukan satu pun bukti kuat yang menghubungkan Hizbut Tahrir dengan kekerasan.
Situs menjelaskan bahwa banyak lembaga, termasuk Institut Hak Asasi Manusia Rusia, mengomentari hal ini dengan mengatakan bahwa penindasan terhadap kaum Muslim diperkirakan “1-7″ dari penduduk Rusia. Dan hal ini mengalami peningkatan di Rusia. Ada bagian dari penindasan ini yang dijalankan oleh Rusia sebagai sebuah kebijakan sengaja terhadap warga Chechnya yang disebutnya sebagai pusat kelompok separatis, dan ada sebagian yang berada di bawah operasi kontra-terorisme yang dilakukan oleh negara, yang menyebabkan banyak korban tak bersalah, yang tidak memberi mereka sarana hukum untuk membela diri.
Situs mengatakan bahwa aparat keamanan pada bulan lalu di Ufa, ibu kota Bashkortostan, yaitu salah satu kota terbesar di Rusia, di mana penduduknya lebih dari satu juta, dan setengah dari mereka adalah kaum Muslim. Di kota ini aparat keamanan menyerang mereka beberapa kali dan menangkap sebuah keluarga Muslim, termasuk pelecehan dan penangkapan sejumlah perempuan Muslim.
Di antara mereka yang digeledah, dimaki dan diancam secara fisik adalah Elmira Yonnerova yang sedang hamil 8 bulan. Bahkan di bawah tekanan penggeledahan ini, ia hampir kehilangan janinnya. Ada perempuan lain yang diancam dengan pemindahan anak-anak mereka ke panti asuhan, sebagian lagi diancam dengan pisau, dan yang lainnya dengan dilambaikan senjata di wajah mereka.
Situs menambahkan, tampaknya bahwa operasi pencarian yang dilakukan oleh dinas keamanan dirancang terutama untuk menemukan berbagai publikasi yang dilarang, khususnya yang diterbitkan Hizbut Tahrir, atau materi lain yang terkait dengan organisasi terlarang.
Situs mengatakan bahwa demonstrasi masih berlanjut ketika wartawan demotix yang menulis berita ini meninggalkan tempat karena hujan yang sangat lebat (pal-tahrir.info, 19/6/2011).

Konferensi Rajab HTI Sumbar: Barat Takut Jika Islam Bersatu

Ribuan umat Islam menghadiri Konferensi Rajab 2011 yang diselengarakan oleh DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Sumatera Barat di Aula Asrama Haji Tabing, Minggu (19/6).
“Sistem kapitalisme yang diadopsi dari Barat, yang diterapkan hampir di seluruh negeri  muslim termasuk di Indonesia membuat  umat Islam kian terpuruk. Kemiskinan semakin menyeruak, pengang­guran menjamur. Sudah saatnya umat Islam bangkit dengan menjadikan Islam sebagai ideologi bukan hanya sekadar agama,” kata Buya Hasan Nasiruddin, dalam pidatonya.
Hafids Abdurrahman, salah pengurus DPP Hizbut Tahrir Indonesia yang ikut hadir dalam Konferensi Rajab tersebut mengung­kapkann, salah satu ditakutkan dunia Barat sekarang adalah bangkit dan bersatunya umat Islam. Islam sempat berjaya berabad-abad lamanya. Karena saat itu, masyarakat Islam disatukan dalam sebuah ideologi, yaitu Islam. Dan mereka hidup mulia sejahtejahtera di bawah naungan khilafah.
“Islam mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk sistem ekonomi. Islam menjamin kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, syari’at Islam menetapkan bahwa sumber daya adalah milik seluruh umat. Rasulullah bersabda, manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api. Dalam pengelolaannya, pemerintah wajib melaksanakan untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Tidak boleh pemerintah menyerahkannya kepada swasta, apalagi menyerahkannya kepda asing,” jelas Hafidz panjang lebar.
Dijelaskannya, kendati ideologi  ini banyak mendapat tantangan, baik dari luar maupun dari dalam Islam sendiri, HTI terus dengan perjuagannya. Islam adalah agama yang menyelamatkan manusia dari kerusakan, baik di dunia maupun di akhirat.
“Lalu kenapa kita tidak bahu-membahu menegakkan agama Tuhan ini dengan merealisasasikan peraturan Tuhan dalam kehidupan,” katanya.
Adi Kurnawan, salah seorang pinitia Konferensi Rajab 1432, mengatakan, Konfe­rensi Rajab ini bagian dari rangkaian acara yang diselenggarana HTI pada 29 kota besar yang ada di Indonesia dalam rangka menya­m­but Isra’ Mi’raj Nabi Muhammmad SAW.
Sebelumnya, rangkaian Konferensi Rajab telah diadakan di beberapa kota seperti di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Monument MTQ Kediri, Gor Segiri Samarinda, Aula Poltek Batam, Jogja Expo Center Yogyakarta, dan puncaknya akan diselenggarakan di Stadion Lebak Bulus Jakarta 29 Juni 2011.
Untuk Sumatera Barat, kami menye­diakan kapasitas 2500 orang peserta. Ternyata,  peserta yang hadir melebihi kapasitas yang ada dan harus ditampung di luar aula. “Namun demikian, kami sangat bahagia karena dukungan terhadap perjuangan terhadap syari’at dan khilafah,” katanya.
Konferensi Rajab ini dihadiri para ulama, pengusaha, intelektual, politisi, dan tokoh masyarakat dari pelbagai kabupaten kota yang ada di Sumatera Barat. (harianhaluan.com, 20/6/2011)

Konferensi Rajab Bengkulu: Seruan Khilafah Dari Bumi Raflesia

HTI Press. Gedung Teater Tertutup (GTT kata orang bengkulu) menjadi saksi seruan penegakan Syari’ah dan Khilafah dari bumi Raflesia pada Ahad 19 Juni 2011. Sebanyak kurang lebih 350 kaum muslimin yang datang dari kota Bengkulu dan sekitarnya memadati Gedung yang terletak di kompleks Taman Budaya Bengkulu. Wajah-wajah penuh harap dan kerinduan kepada Syari’ah datang dari tempat-tempat yang cukup jauh dari kota bengkulu. Ada yang dari Curup, Kepahiang, Lebong, Argamakmur, Ketahun, Seluma bahkan perbatasan Sumatera Selatan di Pasmah. Ada yang sudah menginap sehari sebelumnya di Bengkulu di tempat kerabatnya demi menghadiri undangan dari para syabab HTI Bengkulu. Ada juga yang berangkat selepas subuh seperti rombongan kaum muslim dari ketahun dengan mengendarai  8 mobil yang dipadati ibu-ibu dan dikawal bapak2 dengan konvoi sepeda motor. Meskipun mereka agak datang terlambat pada saat acara tetapi nampak semangat pada wajah-wajah mereka.
Acara dimulai tepat pukul 8.30 pagi dan berakhir sebelum dhuhur. Ketua DPD I HTI Bengkulu, Ustd Budi Utomo, SE dalam sambutannya menyampaikan bahwa maksud diadakan acara Konferensi Rajab ini bukan bermaksud untuk meratapi keruntuhan Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924H, tetapi untuk mengokohkan kembali dan mengingatkan umat akan kewajiban mereka untuk mengangkat pemimpin umat,yakni seorang Khalifah.
Orasi dibuka oleh Ustd Septri Widiono,M.Si  dengan menguraikan Posisi  Indonesia di tengah Kapitalisme Global. Dengan berapi-api ustd muda yang merupakan aktivis HTI Bengkulu dan juga Dosen Universitas Bengkulu ini memaparkan kondisi Indonesia yang terjebak oleh Hutang.  ”Kalau dulu Inggris datang ke bumi Raflesia menjajah secara fisik, maka sekarang Kapitalis Global melalui lembaga-lembaga seperti Bank Dunia dan IMF menghisap kekayaan Indonesia melalui jebakan hutang, hal ini harus dihentikan, Allahu Akbar pekik ustd.
Orasi dilanjutkan oleh Ustd. Muh. Ahkam yang menjelaskan bahwa Khilafah adalah solusi bagi berbagai problem umat saat ini. Umat Islam adalah umat yang terbaik, kalau sekarang kondisi umat terpuruk maka yang salah bukanlah ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang Khoiru ummah, tetapi yang salah adalah umat tidak menerapkan sistem yang menjamin mereka menjadi umat yang terbaik.
Para peserta konferensi menyimak paparan para Orator dengan seksama dan sekali-sekali meneriakkan takbir. Ustd Ardinsyah Yun sebagai Orator ke tiga menjelaskan tentang Kesejahteraan di dalam Islam. Bahwa sejahtera adalah terpenuhinya hak-hak dasar umat seperti makan, minum, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan yang saat ini nyaris tidak didapatkan oleh umat sedikitpun. Sejahtera dalam Islam hanya akan didapatkan dalam bingkai Khilafah dimana umat akan mendapatkan keberkahan, sebagaimana janji Allah “sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan dari bumi.”
Sesi berikutnya ditampilkan aksi teatrikal yang menggambarkan bagaimana kondisi Umat Islam setelah keruntuhan Khilafah yang saat ini ditekan oleh sistem Kapitalisme Global. Digambarkan 4 pemain membawa bendera simbol Negara Islam yang digulung oleh tangan-tangan munafik dan kafir, kemudian seorang pemain membawa gambar patung Liberti yang mendorong empat pemain lain, sebagai simbol Sisitem kapitalis yang menekan umat. Maka ketika umat sudah putus harapan, muncullah dua orang ke atas panggung membawa Liwa dan Royah sebagi simbol kelompok yang memperjuangkan tegaknya Khilafah dan disambut takbir para peserta. Dengan menegakkan Khilafah maka sistem Kapitalispun bisa dihancurkan.
Orator berikutnya adalah H. Akhiril Fajri yang menguraikan Khilafah adalah negara adidaya masa depan yang menyejahterakan. Umat Islam adalah umat yang satu, Allah Tuhan yang satu dan kiblatnya juga satu, hal ini merupakan potensi untuk mempersatukan umat, papar ustd. Potensi Sumber Daya Alam di dunia Islam sangatlah besar, bahkan potensi Indonesia saja jika dikelola dengan baik maka akan mampu menyejahterakan umat. Hal ini tentu akan menjadi modal bagi negara Khilafah masa depan yang sebentar lagi akan terwujud, “Saatnya Khilafah memimpin dunia!”
Ustdz Ahmad Abdul Ghony sbg orator berikutnya menyampaikan kepada hadirin tentang Khilafah adalah janji Allah. bahwa dalam Surat An-Nur 55 Allah berjanji akan memberikan kekuasaan kepada kaum muslim sebagaimana Allah telah memberikan kekuasaan pada umat sebelumnya. Hal ini jelas merupakan pernyataan jelas yang mudah dipahami bahkan oleh orang awam sekalipun.
Ustdz Muhammad Zubair, SPd sebagi orator terakhir menyampaikan seruan hangat HTI kepada umat agar umat mendukung perjuangan Hizbut Tahrir dalam menegakkan Khilafah dan Syariah.
Beberapa testimoni yang muncul dalam acara Konferensi Rajab Bengkulu:
1.       Akhina Faizar (wakil Mahasiswa): Mahasiswa di bengkulu ingin senantiasa menjadi bagian perjuangan Syari’ah dan Khilafah.
2.       Ustd Indra (Mubaligh Bengkulu): Sumber dari segala sumber kemaksiatan adalah diterapkannya sistem kapitalis sekuler, maka mari kita dukung perjuangan untuk mengganti sistem ini menjadi sistem Islam, Allahu Akbar..
3.       Ustdzah Rifdanur (wakil Mubalighoh, ketua Pimp Cab Aisyah Ketahun):
Saya ikut mendukung ide HTI untuk menegakkan syariah dan Khilafah, buat Ibu-ibu tolong suami-suami didorong ikut berjuang, seandainya ibu-ibu yang hadir ini semua mendorong para suami ikut berjuang dengan HTI, saya yakin Khilafah segera tegak..Allahu Akbar..
4 Ustd. Munir (wakil intelektual) : Bagaimana mungkin umat Islam yang mayoritas di Indonesia ini disetir oleh kelompok yang kecil karena sistem yang rusak. Kami siap berjuang bersama HTI
Ada yang menarik dari acara testimoni, dimana ada tokoh bengkulu, yaitu: Baharudin Saleh yang sebelumnya dimintakan testimoni  ketika dikontak sebelum acara menyatakan tidak bersedia, tetapi ketika beliau merasakan adanya atmosfer perjuangan di dalam forum konferensi, beliau minta kepada panitia untuk memberikan testimoni jika ada waktu, dan karena masih memungkinkan tokoh sepuh ini pun menyampaikan testimoni untuk mendukung perjuangan penegakan Khilafah. Allahu Akbar.
Acara diakhiri dengan renungan dan doa oleh ustd Ramli, tokoh masyarakat dari ketahun. Ustdz Ramli ini merupakan tokoh di ketahun yang cukup disegani terbukti, beliau bersama istri berhasil membawa jama’ah sebanyak 100 orang dari ketahun dengan konvoi mobil dan motor.
Di akhir acara ada acara penyerahan bendera Liwa dan Royah kepada para tokoh sebagi simbol dukungan mereka terhadap perjuangan penegakan Syariah dan Khilafah.[]

[FOTO] Konferensi Rajab 1432 H Yogyakarta

HTI Press. Tepat pukul 08.00 hari Ahad, 19 Juni 2011,di hall utama Jogja Expo Center (JEC) acara Konferensi Rajab DPD1 HTI DIY dimulai. Sapaan pembawa acara Heri Kurniawan dan Agus Yuhana mempersilahkan para hadirin menempati kursi yang sudah disiapkan. Macapat yang dibawakan ust Cahyono, sebagai tembang Jawa menyambut kedatangan dan juga salam hangat dari Yogyakarta.





Meski Sempat Dapat Gangguan, Konferensi Rajab Lubuklinggau Berjalan Lancar


HTI Press. Alhamdulillah, setelah penyelenggaraan Konferensi Rajab di lubuklinggau, beberapa hal menggembirakan telah berhasil diraih. Meskipun penyelenggaraan ini mendapat sedikit gangguan dari peristiwa ledakan di SM Swalayan.  Peristiwa Ledakan di SM Swalayan, yang berjarak hanya 4 ruko dari tempat penyelenggaraan KR dan terjadi sehari sebelum penyelenggaraan KR, sebagaimana yang telah diberitakan di beberapa media massa, ternyata tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kegiatan Konferensi Rajab di Lubuklinggau. Hal ini terlihat dari antusiasnya peserta menghadiri konferensi ini, baik dari kalangan ulama, intelektual, tokoh masyarakat, maupun mahasiswa.
Hal lain yang sangat menggembirakan adalah saat penyampaian testimoni. Empat orang yang menyampaikan Opini melalui Testimoni, telah menyerukan dengan lantang persetujuannya terhadap upaya penegakan syariah dan khilafah. Bahkan keempat  tokoh ini, juga menyampaikan dengan terang-terangan dukungannya terhadap Hizbut Tahrir. Peristiwa ini langsung di sambut pekikan takbir yang menggema dari seluruh peserta dan tamu undangan. Hal ini menjadi bagian dari acara KR di lubuklinggau yang sangat mengharukan, sebab para tokoh ini adalah ulama panutan umat. Mereka adalah Ketua Umum MUI Kabupaten Musi Rawas, Ketua STAI Al Azhar Llg, Tokoh Masyarakat dan Mahasiswa.
Uraian materi yang jelas tentang penegakan syariah dan khilafah yang diikuti gemuruh takbir yang bersahutan dari seluruh ruangan, lalu diikuti penampilan tim teater yang menggambarkan keruntuhanb kapitalisme dan tegaknya kembali syariah dan khilafah membuat beberapa orang peserta Konferensi, langsung menyatakan kesediaan dan keinginannya untuk ikut berjuang bersama Hizbut Tahrir.
Mudah-mudahan melalui penyelenggaraan Konferensi ini, menjadikan opini tentang penegakan syariah dan khilafah semakin menguat di kota lubuklinggau. Allahu Akbar..[]

Konferensi Rajab 1432 H Sumbar Luar Biasa

HTI Press. Hari Ahad, (20/6) merupakan momentum bersejarah bagi masyarakat Sumbar. Perhelatan akbar akan pentingnya perjuangan menegakkan syariah dan Khilafah untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil diadakan di propinsi ini. Lebih istimewa lagi, karena ini diselenggarakan oleh penyelenggara tunggal, Hizbut Tahrir Indonesia Sumbar. Bahkan, ini merupakan kegiatan pertama HTI Sumbar dengan skala sebesar itu.
Sejak pukul 08.00 WIB, rombongan mulai berdatangan dan memasuki ruangan Konferensi Rajab 1432 H. Karena sejak awal panitia sudah mendapatkan informasi dari berbagai daerah se Sumbar, bahwa antusiasme peserta begitu luar biasa. Bahkan, banyak ulama’ dan tokoh masyarakat yang memaksa hadir, meski sudah disampaikan bahwa kapasitas terbatas. Karena, bagi mereka, inilah momentum terindah yang bisa mereka temukan, sebelum berdirinya Khilafah. Belum tentu, momentum seperti ini akan terulang kembali. Karena itu, panitia pun akhirnya mengubah format konferensi, yang asalnya murni indoor, di dalam aula Asrama Haji Sumbar, hingga menjadi in-outdoor, yaitu di dalam dan luar aula. Tenda yang menampung lebih dari 1500 peserta pun dipersiapkan, plus panggung dan multimedianya. Kira-kira pukul 09.30 WIB, peserta pun mulai memadati tempat konferensi. Tidak kurang dari 3000 peserta hadir pada konferensi ini.
Diiringi dengan tayangan multimedia “Selamat Datang” peserta pun khusyuk mengikuti acara konferensi. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an Ust. Adri, S.Hi. dan saritilawahnya. Kemudian disambung dengan Opening Speech DPD I HTI Sumbar, yang diwakili oleh Ust. Dr. H. Ardi Muluk, MM. Dilanjutkan dengan Orasi Politik yang disampaikan oleh Ust. Ir. Jamal Husni, MM. yang membeberkan fakta “Indonesia dalam Cengkraman Kapitalisme Global”. Diteruskan dengan Orasi Politik yang disampaikan oleh Buya Drs. H. Sudirman, salah seorang ulama’ yang berpengaruh di Sumbar, dengan tema “Khilafah Sebagai Solusi”.
Ketika peserta mulai merindukan Khilafah, tampil orasi politik berikutnya yang memberikan “Gambaran Hidup sejahtera di bawah Naungan Khilafah” yang disampaikan oleh Ust. Basralian, M.Ag, Ketua Korps Muballigh Profesional Padang, dan Ust. Unrizal, M.Ag, salah seorang ulama’ muda asal Padang. Dilanjutkan dengan orasi politik Ust. Amrizal, M.Ag dari Pariaman, dan Ust. Juanda Pane, M.Ag dari Agam, dengan tema “Khilafah Negara Adidaya Masa Depan yang Mensejahterakan”. Disambung dengan orasi politik dari ulama’ alas Bukittinggi, alumni Madinah dan lama mukim di Timur Tingeh, Ust. Buya H. Hasan Nasiruddin, Lc. MA dengan tema “Tegaknya Khilafah Janji Allah”.
Puncak acara pun ditutup dengan seruan hangat yang disampaikan oleh Ketua DPP HTI, KH Hafidz Abdurrahman, MA dengan tema “Seruan Hangat Hizbut Tahrir kepada Umat” diikuti dengan “Renungan” dan “Doa”. Peserta pun tampak antusias. Mereka pun semakin yakin, bahwa perjungan menegakkan syariah dan Khilafah ini tidak lama lagi. Dalam testimoninya, Buya Dr. H. Sudirman, yang juga ulama’ sepuh dan berpengaruh di Sumbar itu pun menyatakan, “Mari kita berjuang bersama Hizbut Tahrir, karena Hizbut Tahrirlah yang sungguh-sungguh berjuang untuk menegakkan syariah dan Khilafah.. Jangan takut berjuang dengan Hizbut Tahrir. Hizbur tidak melakukan aktivitas yang lain, kecuali dakwah. Menyampaikan kebenaran.”

Minggu, 19 Juni 2011

RUU Culas, Tajikistan Cegah Anak-Anak dan Remaja Shalat di Masjid

Dalam tindakan terbaru terhadap kebebasan beragama, Tajikistan telah mengambil langkah pertama untuk mencegah anak-anak dan remaja melakukan shalat di masjid-masjid dan gereja. Kontan hal ini memicu kecaman dari para pemimpin kaum Muslim. Mereka menentang tindakan tegas yang diambil oleh Negara di Asia Tengah.
Pekan ini, parlemen telah memutuskan Rancangan Undang-Undang (RUU) “Tanggung Jawab Orang Tua” yang akan mengkriminalisasi tindakan orang tua ketika membiarkan anak-anak mereka bergabung dengan lembaga agama yang tidak mendapat ijin (pengakuan) resmi dari negara.
Pihak berwenang mengatakan bahwa tindakan ini sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran apa yang mereka sebutkan sebagai “fundamentalisme agama” di republik yang diselimuti masalah, sekaligus di antara republik-republik bekas Uni Soviet termiskin. Dan pasukan pemerintah sedang menghadapi milisi bersenjata di pegunungan sebelah timur negara itu.
Para pemimpin kaum Muslim mengatakan bahwa undang-undang ini adalah gagasan Presiden Imam Ali Rakhmonov yang sejak lama memerintah negara ini namun tidak mendatangkan manfaat selain meningkatkan kebencian di antara mayoritas kaum Muslim di republik yang telah menderita perang saudara di tahun sembilan puluhan, di mana puluhan ribu warga telah meninggal.
“Ini adalah hari terkelam bagi kaum Muslim, bahkan di masa Uni Soviet sekalipun tidak ada tindakan hukuman dan tekanan keagamaan seperti ini,” kata peneliti Islam senior, Murad.
Ia menegaskan bahwa rakyat “akan membela keyakinannya sendiri jika negara tidak menginginkannya,” seperti yang dikatakan pada Reuters.
Tajikistan yang berbagi perbatasan dengan Afghanistan sepanjang 1.340 km telah menuduh organisasi-organisasi keagamaan yang mengobarkan ketegangan.
Rancangan Undang-Undang  (RUU) baru ini sekarang diajukan ke Senat, di mana tidak ada seorang pun yang meragukan bahwa RUU ini pasti disetujuinya dan pada gilirannya akan diajukan ke Presiden Rakhmonov yang telah memerintah negara itu sejak 1992 untuk ditandatangani agar menjadi undang-undang.
Berbagai organisasi yang mewakili kaum Kristen juga mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap undang-undang baru ini, sekalipun belum ada penjelasan sanksi bagi yang melanggarnya (islammemo.cc, 17/6/2011).

Gema Khilafah di Negeri Seribu Pulau (Maluku)

Panitia mengaku kewalahan melihat besarnya animo peserta yang hadir mengikuti acara Konferensi Rajab 1432 H, Sabtu (18/6) pagi di Hotel Vellya, Ternate. Pasalnya, mereka hanya menargetkan 500 peserta saja. Namun warga Maluku Utara dari berbagai pulau kecil dengan antusias ke Ternate untuk menyukseskan acara ini membludak, sehingga mendesak panitia menambah lagi tempat duduk.
“Acara ini digelar sebagai salah satu upaya Hizbut Tahrir untuk menyebarkan opini kepada warga Ternate untuk menegakkan kembali khilafah,” ujar ketua panitia konferensi Ngadino. Menurutnya, perhelatan yang bertema Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah ini di samping sebagai tuntutan keimanan untuk hidup dalam sistem Islam, tegaknya khilafah juga bisa membawa warga negeri seribu pulau ini untuk hidup lebih sejahtera di banding hidup di bawah sistem kufur kapitalisme-demokrasi yang berlaku sekarang.
Di samping itu, tegaknya khilafah juga suatu keniscayaan lantaran merupakan janji Allah SWT. “Khilafah akan tegak kembali dan ini pasti sebab merupakan janji Allah,” pekik DPD I HTI Maluku Utara Fatah Syukur, dalam orasinya.
Dalam kesempatan itu, hadir juga pembicara dari DPP HTI Abu Hafidz dan tentunya testimoni dari para tokoh masyarakat Maluku Utara yang sangat mendukung dan bersedia bersama-sama dengan Hizbut Tahrir berjuang untuk menegakkan khilafah.
Dalam acara yang berakhir menjelang Zhuhur ini disuguhkan pula tarian khas Maluku Utara dan teatrikal tentang wajibnya menegakkan satu-satunya institusi pemerintahan yang diridhai Allah SWT, yakni khilafah yang menerapkan syariah Islam secara kaaffah.[] fatih mujahid/mediaumat.com

Sekitar 1200 Warga Sumsel Sambut Seruan Tegaknya Khilafah

Sekitar 1200 warga Sumatera Selatan memadati Asrama Haji Palembang, Sabtu (18/6) pagi. Warga yang terdiri dari para ustadz, kiai, mubalighah, akademisi, pengusaha, serta aktivis Islam ini datang dari berbagai daerah di Sumsel untuk menghadiri Konferensi Rajab 1432 H yang bertema Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah.
Dalam kesempatan itu, DPD I HTI Sumsel Mahmud Jamhur menegaskan bahwa dalam upaya penegakkan syariah dan khilafah warga Sumsel harus jadi pemain, jangan hanya jadi penonton. Pasalnya, meski tegaknya khilafah merupakan janji Allah SWT, namun kaum Muslim pun diwajibkan untuk berjuang menegakannya.
“Janji Allah adalah sebaik-baiknya janji yang pasti akan terjadi. Sudah saatnya umat dipimpin oleh seorang khalifah!” seru Mahmud dan disambut takbir hadirin.
Pembicara lainnya yang juga anggota DPD I HTI adalah Budianto Haris (Posisi Indonesia di Tengah Kapitalisme Global); Adi Susanto (Khilafah sebagai Solusi), Prof Syarif (Khilafah Negara Adidaya, masa depan yang mensejahterakan). Hadir pula sebagai pembicara utusan dari DPP HTI Abu Miqdan yang menyampaikan orasi Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah.
Selain di Palembang, dalam waktu yang sama diselenggarakan pula acara serupa di Ternate. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara Konferensi Rajab 1432 H yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia sejak 2 Juni lalu di 29 kota besar di Indonesia. Sedangkan acara puncaknya diagendakan dilaksanakan pada 29 Juli di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
Kegiatan kolosal ini diselenggarakan sebagai salah satu aktivitas politik HTI dalam rangka membina masyarakat untuk bangkit dan berjuang menegakkan kembali satu-satunya sistem pemerintahan yang diridhai Allah SWT, yakni khilafah yang menerapkan syariah Islam kaaffah.[]fatih mujahid/mediaumat.com

DPDI HTI DIY Disambut Hangat oleh Kepala Bidang Berita TVRI Jogja

HTI Press. Rombongan yang terdiri dari ust Nurwidianto selaku humas dalam panitia konferensi Rajab dan ust Lutfianto selaku I’lamiyah dan ust Hermanto dan ust Aga disambut baik oleh Kepala Bidang Berita TVRI Jogja, Drs Bambang Satmoko. Selain itu juga Bapak Wahyudi mendampingi dan mengantarkan rombongan beraudiensi.
Mereka salut terhadap keseriusan HTI dalam membuat acara yang serempak di bulan Rajab se-Indonesia. Dari soal audiensi saja mereka sudah salut dengan keseriusannya untuk menjelaskan acara Konferensi Rajab. Tidak hanya lisan saja namun juga ditampilkan dengan bantuan LCD. Sehingga mereka dengan gamblang mengetahui acara tersebut. Audiensi tersebut dilaksanakan pada hari Jumat 10 Juni 2011 pukul 14.00 sd 15.00. WIB.
Selain dari pada itu pada kesempatan tersebut, ust Nurwidianto memaparkan tentang Hizbut-Tahrir. Lebih khusus lagi tentang agenda Konferensi Rajab.
Lebih lanjut acara diakhiri dengan penyerahan tabloid Media Umat, bulletin Al-Islam, majalah Al-Wa’ie dan sekaligus undangan konferensi pers. Selain itu juga dilakukan foto bersama. [I’lamiyah DPD1 HTI Yogyakarta]

Pagi Ini, Konferensi Rajab 1432 H Serentak di 9 Kota Besar

Besar

Pagi ini, Hizbut Tahrir Indonesia menggelar Konferensi Rajab 1432 H serentak di 9 kota besar di Indonesia. “Tujuannya, mengokohkan perjuangan umat Islam untuk menegakkan syariah dan khilafah,” ujar Sektetaris Jubir HTI Roni Ruslan kepada mediaumat.com, Ahad (19/6) pagi di Kantor Pusat DPP HTI, Jakarta.
Perhelatan yang digelar di Banda Aceh, Lubuk Linggau, Bengkulu, Pangkal Pinang, Padang, Jambi, Pekanbaru, Yogyakarta dan Mataram ini merupakan rangkaian konferensi yang digelar di 29 kota besar di Indonesia yang dimulai sejak 2 Juni lalu di Banjarmasin. Sedangkan puncaknya diagendakan berlangsung pada 29 Juni di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
Acara yang disiarkan secara langsung melalui video streaming di situs www.hizbut-tahrir.or.id ini bukan saja disaksikan oleh kaum Muslim di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lain. Sehingga dalam penyiarannya, menghadirkan para ulama dan pengamat politik dari Hizbut Tahrir untuk mengulas acara tersebut dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris.
“Kami sengaja menyiarkannya secara live untuk memberikan optimisme kepada mereka yang di barat maupun timur bahwa mereka berjuang tidak hanya sendiri, tetapi kami yang di Indonesia pun turut berjuang bersama mereka untuk menegakkan syariah dan khilafah,” tegasnya.
Puluhan ribu elemen umat Islam di Indonesia seperti para kyai, ustadz, mubalighah, pengusaha, mahasiswa, dan lainnya memberikan dukungan terhadap Hizbut Tahrir bukan saja untuk hadir dalam konferensi ini namun lebih dari itu, mereka siap berjuang bersama menegakkan syariah dan khilafah.
“Karena memang peserta yang kami undang untuk hadir adalah mereka yang telah sepakat dengan perjuangan Hizbut Tahrir yakni menegakkan kembali syariah Islam secara kaaffah di dalam bingkai khilafah rasyidah ala minhajin nubuwwah,” pungkas Roni.[]joko prasetyo/mediaumat.com

Pagi Ini, Konferensi Rajab 1432 H Serentak di 9 Kota Besar

Besar

Pagi ini, Hizbut Tahrir Indonesia menggelar Konferensi Rajab 1432 H serentak di 9 kota besar di Indonesia. “Tujuannya, mengokohkan perjuangan umat Islam untuk menegakkan syariah dan khilafah,” ujar Sektetaris Jubir HTI Roni Ruslan kepada mediaumat.com, Ahad (19/6) pagi di Kantor Pusat DPP HTI, Jakarta.
Perhelatan yang digelar di Banda Aceh, Lubuk Linggau, Bengkulu, Pangkal Pinang, Padang, Jambi, Pekanbaru, Yogyakarta dan Mataram ini merupakan rangkaian konferensi yang digelar di 29 kota besar di Indonesia yang dimulai sejak 2 Juni lalu di Banjarmasin. Sedangkan puncaknya diagendakan berlangsung pada 29 Juni di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
Acara yang disiarkan secara langsung melalui video streaming di situs www.hizbut-tahrir.or.id ini bukan saja disaksikan oleh kaum Muslim di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lain. Sehingga dalam penyiarannya, menghadirkan para ulama dan pengamat politik dari Hizbut Tahrir untuk mengulas acara tersebut dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris.
“Kami sengaja menyiarkannya secara live untuk memberikan optimisme kepada mereka yang di barat maupun timur bahwa mereka berjuang tidak hanya sendiri, tetapi kami yang di Indonesia pun turut berjuang bersama mereka untuk menegakkan syariah dan khilafah,” tegasnya.
Puluhan ribu elemen umat Islam di Indonesia seperti para kyai, ustadz, mubalighah, pengusaha, mahasiswa, dan lainnya memberikan dukungan terhadap Hizbut Tahrir bukan saja untuk hadir dalam konferensi ini namun lebih dari itu, mereka siap berjuang bersama menegakkan syariah dan khilafah.
“Karena memang peserta yang kami undang untuk hadir adalah mereka yang telah sepakat dengan perjuangan Hizbut Tahrir yakni menegakkan kembali syariah Islam secara kaaffah di dalam bingkai khilafah rasyidah ala minhajin nubuwwah,” pungkas Roni.[]joko prasetyo/mediaumat.com

Inu Kencana: Demokrasi, Sistem yang Berbahaya

Inu Kencana: Demokrasi, Sistem yang Berbahaya

Jumlah kaum Muslim yang sadar akan buruknya sistem demokrasi terus bertambah. Mantan dosen Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN, sekarang IPDN) Inu Kencana Syafi’i, salah satunya.
Dua puluh empat tahun ia menyokong sistem ini sejak menjadi camat pada 1984 hingga berakhir menjadi dosen STPDN pada 2008. Dari pengabdiannya selama itu ia pun berkesimpulan:  ”Demokrasi adalah sistem yang berbahaya, bahkan seorang germo pun bisa jadi penguasa jika mayoritas pemilihnya para pelacur, naudzubillah,” pekiknya di hadapan sekitar 2000 peserta Konferensi Rajab 1432 H di Pekanbaru, Riau.
Ia pun menilai liberalisme yang semakin mencengkeram membuat umat manusia terperosok sedalam-dalamnya dalam keterbelakangan. Dalam testimoninya, ia pun dengan tegas mendukung perjuangan Hizbut Tahrir untuk mengganti sistem kufur tersebut dengan syariah dan khilafah.
“Saya bukan anggota Hizbut Tahrir. Tapi demi Allah saya sangat mencintai Hizbut Tahrir!” akunya.[]mediaumat.com

Inu Kencana: Demokrasi, Sistem yang Berbahaya

Inu Kencana: Demokrasi, Sistem yang Berbahaya

Jumlah kaum Muslim yang sadar akan buruknya sistem demokrasi terus bertambah. Mantan dosen Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN, sekarang IPDN) Inu Kencana Syafi’i, salah satunya.
Dua puluh empat tahun ia menyokong sistem ini sejak menjadi camat pada 1984 hingga berakhir menjadi dosen STPDN pada 2008. Dari pengabdiannya selama itu ia pun berkesimpulan:  ”Demokrasi adalah sistem yang berbahaya, bahkan seorang germo pun bisa jadi penguasa jika mayoritas pemilihnya para pelacur, naudzubillah,” pekiknya di hadapan sekitar 2000 peserta Konferensi Rajab 1432 H di Pekanbaru, Riau.
Ia pun menilai liberalisme yang semakin mencengkeram membuat umat manusia terperosok sedalam-dalamnya dalam keterbelakangan. Dalam testimoninya, ia pun dengan tegas mendukung perjuangan Hizbut Tahrir untuk mengganti sistem kufur tersebut dengan syariah dan khilafah.
“Saya bukan anggota Hizbut Tahrir. Tapi demi Allah saya sangat mencintai Hizbut Tahrir!” akunya.[]mediaumat.com

Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?

Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?

Eksekusi mati terhadap PRT Migran Indonesia Ruyati binti Sapubi di Saudi Arabia adalah bentuk keteledoran pemerintah melakukan diplomasi. Eksekusi mati ini bukti pidato Presiden SBY pada sidang ILO ke-100 pada 14 Juni 2011 mengenai perlindungan PRT migran di Indonesia hanya buaian saja.
“Dalam pidato itu, Presiden SBY menyatakan di Indonesia mekanisme perlindungan terhadap PRT migran Indonesia sudah berjalan, tersedia institusi dan regulasinya. Tentu saja pidato ini menyejukkan dan menjanjikan. Namun buaian pidato tersebut tiba-tiba lenyap ketika hari Sabtu, 18 Juni 2011, muncul berita di banyak media asing. Mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati dengan cara dipancung terhadap Ruyati binti Sapubi, PRT migran Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia,” tulis Migrant CARE, dalam rilisnya, Minggu (19/6/2011).
Peristiwa ini, menurut Migrant CARE, jelas memperlihatkan apa yang dipidatokan Presiden SBY di ILO tidak sesuai dengan realitas. Dalam soal hukuman mati terhadap PRT migran dan warga negara Indonesia di luar negeri, diplomasi luar negeri Indonesia terlihat sangat tumpul.
“Di Saudi Arabia, ada sekitar 23 warga negara Indonesia (mayoritas PRT migran) menghadapi ancaman hukuman mati. Kasus terakhir yang muncul ke permukaan adalah ancaman hukuman mati terhadap Darsem. Dalam kasus ini pemerintah Indonesia lebih berkonsentrasi dalam pembayaran diyat (uang darah) ketimbang melakukan advokasi litigasi di peradilan maupun diplomasi secara maksimal,” kecam Migrant CARE.
Eksekusi mati terhadap Ruyati binti Sapubi, menurut Migrant CARE, merupakan bentuk keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia. Dalam kasus ini, publik tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
“Keteledoran ini juga pernah terjadi pada kasus eksekusi mati terhadap Yanti Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui oleh publik sebelumnya. Bahkan hingga kini jenazah Yanti Iriyanti belum bisa dipulangkan ke Tanah Air atas permintaan keluarganya,” papar Migran CARE.
Dijelaskan, dalam kasus Ruyati binti Sapubi, sebenarnya Migrant CARE telah menyampaikan perkembangan kasus ini ke Pemerintah Indonesia sejak bulan Maret. Namun, ternyata tidak pernah ada tindak lanjutnya.
Migrant CARE menyatakan duka sedalam-dalamnya atas eksekusi mati terhadap almarhumah Ruyati binti Sapubi. Atas kasus ini pula Migrant CARE mendesak Presiden SBY untuk mengusut tuntas keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia.
“Migrant CARE juga mendesak agar dilakukan evaluasi kinerja (dan jika perlu pencopotan) terhadap para pejabat yang terkait dengan keteledoran kasus ini seperti Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Luar Negeri, Kepala BNP2TKI dan Duta Besar RI untuk Saudi Arabia,” demikian Migrant CARE. (kompas.com, 19/6/2011)